Pagi ini (12/5), untuk ke-11 kalinya, ratusan civitas akademika Trisakti yang terdiri dari para dosen, mahasiswa, dan petugas keamanan melakukan upacara peringatan tragedi 12 Mei di depan Monumen Reformasi di Gedung Syarif Tayib, kampus A Universitas Trisakti, Jakarta.
Dalam upacara tersebut dikibarkan bendera setengah tiang. Para dosen menggunakan baju hitam putih, dan mahasiswa menggunakan jaket almamater kebesaran mereka. Upacara peringatan tersebut dipimpin Ahmed Kipli dan Prof DR Thoby Mutis, Rektor Universitas Trisakti, selaku pembina upacara.
Dalam sambutannya, Thoby mengatakan, peristiwa 12 Mei 1998 adalah hal yang perlu direnungkan. "Perjuangan para pejuang reformasi tidak sia-sia. Peristiwa tersebut juga menumbuhkan semangat tali persaudaraan dan menggiatkan upayan yang berkaitan dengan kebangkitan demokrasi dan HAM," ujar Thoby.
Ia juga menerangkan setelah tragedi tersebut, Trisakti mengadakan mata kuliah Kebangkitan, Demokrasi, dan HAM yang wajib diikuti oleh mahasiswa-mahasiswa Trisakti. Thoby berharap akan segera dibentuk peradilan yang benar-benar adil untuk kasus-kasus HAM.
Pada sambutan terakhir Thoby kembali mengajak seluruh peserta upacara untuk memikirkan apa yang bisa dilakukan untuk melanjutkan perjuangan para pahlawan reformasi. "Mari kita renungkan, kegiatan HAM apa yang bisa dilakukan dengan baik, demi kesatuan dan keutuhan bangsa," ujarnya.
Upacara ditutup dengan doa dan dilanjutkan dengan napak tilas dan tabur bunga di tempat-tempat para pahlawan reformasi gugur dan berakhir dengan tabur bunga di Monumen Reformasi. Saat napak tilas suasana menjadi haru karena sebagian besar keluarga korban menangis, selain itu alunan musik dari marching band yang memainkan lagu lagu Gugur Bunga semakin menambah keharuan napak tilas.
Pada 12 Mei 1998, 4 mahasiswa Trisakti, yakni Elang Mulia Lemana (jurusan Arsitektur angkatan 1996), Hafidin Royan (jurusan Teknik Sipil angkatan 1996), Hendriawan (jurusan Manajemen angkatan 1996), dan Heri Hartanto (jurusan Teknik Mesin angkatan 1996) gugur dalam rangka menegakkan reformasi di Indonesia.
Dan baru pada zaman pemerintahan Presiden SBY, keempatnya mendapatkan gelar sebagai pahlawan Reformasi. Sampai saat ini belum terungkap siapa pelaku penembakan para pahlawan reformasi tersebut.
0 komentar:
Post a Comment