Politikus kawakan Partai Golkar, Jusuf Kalla, siap bertarung dalam pemilihan presiden 2014. Mantan wakil presiden ini tidak takut dipecat dari Golkar seandainya maju ke pemilihan meski diusung partai lain. "Mau dipecat dua atau tiga kali, tidak ada soal," katanya di Gedung DPR Selasa 17 Juli 2012.
Kalla mengatakan, sanksi pemecatan terhadap kader yang maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden dari partai lain, tidak diatur dalam anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/RT) Golkar. "Di dalam AD/ART tak ada. Itu yang tertinggi dalam partai," ujarnya.
AD/ART partai hanya mengatur pemecatan jika anggota meninggal dunia, mengundurkan diri, dan diberhentikan. Namun Kalla tidak mempersoalkan aturan pemecatan ini. Kalla menghargai keputusan partai yang menetapkan Aburizal Bakrie sebagai calon presiden dari Golkar. "Itu hak Golkar."
Awal Juli lalu, Ketua Dewan Pimpinan Pusat (DPP) Partai Golkar Freddy Latumahina melarang kadernya maju sebagai capres dan cawapres dari partai lain. Alasannya, Rapat Pimpinan Nasional Golkar III di Bogor, Juni lalu, sudah menetapkan Aburizal sebagai calon presiden.
Dia bakal memecat siapa pun yang melanggar keputusan itu. Larangan ini berlaku untuk semua kader, termasuk pengurus DPP dan mantan pengurus. Bahkan Freddy tak segan memberhentikan Kalla, bekas ketua umum Golkar, jika nekat maju sebagai kandidat dari partai lain.
Juru bicara Golkar, Tantowi Yahya, mengatakan majunya kader Golkar sebagai capres dari partai lain adalah pelanggaran berat. Sebab itu pula sanksinya juga yang terberat, yaitu pemberhentian. »Setiap partai memiliki etika dan norma yang harus dipatuhi kadernya,” kata Tantowi tadi malam.
Ancaman pemecatan rupanya tak menyurutkan niat Kalla maju menjadi kandidat presiden atau cawapres. Dia siap maju jika didukung rakyat dan partai. Ia mulai didekati beberapa petinggi dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Geindra) dan Partai Nasional Demokrat.
Salah satu topik pembicaraan adalah kemungkinan pencalonan Kalla sebagai capres atau cawapres. Sebelumnya, Gerindra pernah tertarik menyandingkan Kalla dengan Prabowo Subianto, Ketua Umum Gerindra. "Kami banyak bicara secara pribadi, tapi tidak resmi," kata Kalla.
Rencana itu kian menguat ketika survei yang digelar lembaga riset Soegeng Sarjadi Syndicate menyebutkan, Prabowo-Kalla calon terkuat memenangkan pemilihan presiden. Survei terhadap 2.192 responden menempatkan duet ini di posisi teratas dengan 14,6 persen suara.
Selain Gerindra, Kalla membenarkan telah bertemu elite Partai Nasdem. Partai ini didirikan bekas kader Golkar, Surya Paloh. Ddalam beberapa kesempatan, Nasdem berancang-ancang mengusung Kalla sebagai calon presiden. "Tapi saya belum aktif di situ, jadi lihat perkembangan nanti," ujar Kalla.
Ketua DPP Partai Nasdem, Patrice Rio Capella, mengatakan sejauh ini belum ada pembicaraan spesifik mengenai pencalonan Kalla sebagai capres oleh partainya. »Kami sedang serius dalam persiapan untuk menghadapi verifikasi Komisi Pemilihan Umum,” kata Patrice.
Namun, Patrice mengatakan, sangat wajar jika beberapa petinggi partainya berbicara secara pribadi dengan Kalla. Sebab, Kalla memiliki hubungan baik dengan kader-kader yang dulu berada di Golkar. »Pak JK juga punya hubungan baik dengan Pak Surya Paloh,” ujar dia.
sumber: Tempo.
Bonus Bisnis Toko Online
Bonus Mingguan & Bulanan
Passive Income 80 juta/bulan
Kewirausahaan (Entrepreneurship) untuk anda yang Karyawan, Mahasiswa dan Ibu Rumah Tangga!!!
0 komentar:
Post a Comment