Nama : Sultan Hamengkubuwono X a.k.a BRM Herjuno Darpito
Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 2 April 1946
Agama : Islam
Istri : Ny GKR Hemas
Anak :
1. GRAy Nurmalita Sari
2. GRAy Nurma Gupita
3. GRAy Nurkamnari Dewi
4. GRAy Nurabra Juwita
5. GRAy Nur Astuti Wijareni
Pendidikan : Fakultas Hukum UGM
Karir :
1983 - 1998 Ketum Kadinda DIY
1990 - 1998 Ketua KONI DIY
1992 - 1999 Anggota MPR
1998 - sekarang Gubernur DIY
Alamat : Kraton Kilen, Karaton Yogyakarta 55131, Telpon: 0274-374500, 374982, Faks: 0274-373540
Sultan Hamengkubuwono X (HB X) terlahir sebagai BRM Herjuno Derpito. Ia adalah putra Sultan Hamengkubuwono IX (HB IX), raja Kraton Yogyakarta yang punya sumbangsih sangat besar dalam menegakkan berdirinya Republik Indonesia. Saat ayahnya mangkat tahun 1988, Herjuno naik tahta setahun kemudian dan berganti nama menjadi Sultan HB X.
Sultan HB IX menunggu hingga 9 tahun untuk kemudian ikut 'mewarisi' jabatan ayahnya sebagai Gubernur DI Yogyakarta. Sebelumnya, selama 1988 s/d 1998, jabatan gubernur dipegang oleh Sri Paku Alam VIII yang menggantikan Sultan HB X setelah raja dan gubernur kharismatis itu mangkat.
Sebagai raja Jawa, nama Sultan HB IX memiliki pengaruh luas di sebagian masyarakat etnis Jawa. Meskipun banyak kalangan menilai ia tak punya catatan istimewa saat mengelola DI Yogyakarta, toh kharisma raja Jawanya membuktikan Sultan HB X tetaplah sosok populer. Terlebih, sosoknya selama ini tak pernah terindikasikan menyimpangdari amanah.
Nama SUltan HB X terangkat di level nasional, tatkala ia hadir dalam pertemuan 4 tokoh yang menghasilkan Deklarasi Ciganjur yang mempercepat kejatuhan Pemerintahan Orde Baru di tahun 1998. Saat itu Sultan HB X bersama Megawati Soekarnoputri, Gus Dur dan Amien Rais dipandang sebagai sekawan pemimpin reformasi.
Tapi pasca reformasi 1998, Sultan justru terperam di Yogyakarta, sesuai dengan kedudukannya sebagai gubernur DI Yogyakarta. Namanya baru terangkat kembali ketika publik merindukan sosok capres alternatif dan saat pemerintah berniat mengutak-utik 'hak Raja Jawa' atas kepemimpinan pemerintahan di Yogyakarta.
Pencapresan Sultan HB X didukung oleh sejulah relawan yang tergabung dalam Tim Pelangi yang dipimpin pengamat politik, Sukardi Rinakit. Selain itu, sebuah parpol yakni partai Republika Nusantara (Republikan) pun sudah menjanjikan dukungan penuh bagi pencapresan dirinya.
Tempat Tanggal Lahir : Yogyakarta, 2 April 1946
Agama : Islam
Istri : Ny GKR Hemas
Anak :
1. GRAy Nurmalita Sari
2. GRAy Nurma Gupita
3. GRAy Nurkamnari Dewi
4. GRAy Nurabra Juwita
5. GRAy Nur Astuti Wijareni
Pendidikan : Fakultas Hukum UGM
Karir :
1983 - 1998 Ketum Kadinda DIY
1990 - 1998 Ketua KONI DIY
1992 - 1999 Anggota MPR
1998 - sekarang Gubernur DIY
Alamat : Kraton Kilen, Karaton Yogyakarta 55131, Telpon: 0274-374500, 374982, Faks: 0274-373540
Sultan Hamengkubuwono X (HB X) terlahir sebagai BRM Herjuno Derpito. Ia adalah putra Sultan Hamengkubuwono IX (HB IX), raja Kraton Yogyakarta yang punya sumbangsih sangat besar dalam menegakkan berdirinya Republik Indonesia. Saat ayahnya mangkat tahun 1988, Herjuno naik tahta setahun kemudian dan berganti nama menjadi Sultan HB X.
Sultan HB IX menunggu hingga 9 tahun untuk kemudian ikut 'mewarisi' jabatan ayahnya sebagai Gubernur DI Yogyakarta. Sebelumnya, selama 1988 s/d 1998, jabatan gubernur dipegang oleh Sri Paku Alam VIII yang menggantikan Sultan HB X setelah raja dan gubernur kharismatis itu mangkat.
Sebagai raja Jawa, nama Sultan HB IX memiliki pengaruh luas di sebagian masyarakat etnis Jawa. Meskipun banyak kalangan menilai ia tak punya catatan istimewa saat mengelola DI Yogyakarta, toh kharisma raja Jawanya membuktikan Sultan HB X tetaplah sosok populer. Terlebih, sosoknya selama ini tak pernah terindikasikan menyimpangdari amanah.
Nama SUltan HB X terangkat di level nasional, tatkala ia hadir dalam pertemuan 4 tokoh yang menghasilkan Deklarasi Ciganjur yang mempercepat kejatuhan Pemerintahan Orde Baru di tahun 1998. Saat itu Sultan HB X bersama Megawati Soekarnoputri, Gus Dur dan Amien Rais dipandang sebagai sekawan pemimpin reformasi.
Tapi pasca reformasi 1998, Sultan justru terperam di Yogyakarta, sesuai dengan kedudukannya sebagai gubernur DI Yogyakarta. Namanya baru terangkat kembali ketika publik merindukan sosok capres alternatif dan saat pemerintah berniat mengutak-utik 'hak Raja Jawa' atas kepemimpinan pemerintahan di Yogyakarta.
Pencapresan Sultan HB X didukung oleh sejulah relawan yang tergabung dalam Tim Pelangi yang dipimpin pengamat politik, Sukardi Rinakit. Selain itu, sebuah parpol yakni partai Republika Nusantara (Republikan) pun sudah menjanjikan dukungan penuh bagi pencapresan dirinya.
0 komentar:
Post a Comment