Nama : Akbar Tandjung
Tempat Tanggal Lahir : Sibolga, 14 Agustus 1945
Agama : Islam
Istri : Ny Krisnina Maharani
Anak :
1. Fitri Krisnawati
2. Karmia Krissanty
3. Triana Krisandini
4. Sekar Krisnauli
Pendidikan :
- S1 Fakultas Teknik UI
- S3 Politik UGM, 2007
Karir :
1972-1974 Ketua Umum HMI
1978-1981 Ketum KNPI
1983-1988 Wasekjen DPP Golkar
1977-1988 Anggota DPR
1988-1993 Menpora
1993-1998 Menpera
1998-1999 Menteri Sekretaris Negara
1999-2004 Ketum Partai Golkar
1999-2004 Ketua DPR
Alamat : Jl Purnawarman No 18, Jakarta Selatan.
Akbar Tandjung adalah seorang politisi kawakan yang tetap eksis di tengah lintasan jaman. Karir Akbar dimulai dari organisasi kemahasiswaan. Ia ikut aktif dalam gerakan mahasiswa yang meruntuhkan kekuasaan Soekarno di penghujung tahun 1960-an. Usai lulus kuliah, Akbar secara berenteng menjadi Ketua Umum pada HMI, KNPI dan AMPI.
Aktivitas politiknya makin moncer saat bergabung dengan Golkar. Pada Pemilu 1977, Akbar pun dimasukkan sebagai anggota DPR dari Golkar. Tak sekedar menjadi anggota ia meretas karir hingga menjadi wasekjen DPP Golkar. Bakat besarnya dalam organisasi mengundangnya masuk dalam kabinet. Pada tahun 1988, Akbar pun masuk menjadi menteri. Ia tak pernah absen menjadi anggota kabinet sampai dengan keruntuhan era Soeharto.
Tantangan terberat Akbar terjadi di tahun 1998-1999. Dua tahun itu ada 2 hal besar yang harus dikerjakannya. Pertama, menentukan sikap politiknya terhadap upaya pelengseran Presiden Soeharto. Kedua, mengemudikan Partai Golkar yang berjalan di rel panas arus reformasi. Keduanya bukan perkara mudah. Tapi terbukti, kepiawaian Akbar Tandjung membuat ia bisa menjalani keduanya.
Demi menegakkan citra Golkar yang babak belur, Akbar membuat sejumlah gebrakan. Ia mengumumkan Golkar adalah parpol, mengumandangkan slogan Golkar Baru, dan menahan kecaman publik kepada Golkar. Dan puncaknya, membuat Konvensi Capres dengan memberikan kesempatan tokoh non-Golkar dicalonkan sebagai presiden dalam Pemilu 2004. Meski Akbar sendiri kalah dalam konvensi tersebut, namun konvensi dipuji banyak kalangan luar.
Secara pribadi, Akbar pun punya cobaan lain. Ia harus direpotkan dengan tuduhan korupsi penggunaan dana nonbudgeter Bulog senilai Rp 40 M. Setelah sempat divonis 3 tahun di tingkat pengadilan pertama dan kedua, MA akhirnya memutuskan bebas atas kasasi yang diajukan oleh Akbar Tandjung.
Terpilihnya Jusuf Kalla sebagai wapres, yang pada Pilpres 2004 pencalonannya tidak didukung Golkar, membuat bandul politik dalam tubuh Partai Golkar berubah. Akbar tersingkir dari jabatannya, dan Jusuf Kalla berganti yang menjadi nahkoda Perahu Partai Golkar. Lepas dari partai, Akbar memutuskan rehat dari bidang politik. Ia melanjutkan kuliah S3 di UGM dan mendirikan Akbar Tandjung Institute.
Namun 'diamnya' Akbar ternyata tak selamanya. Menjelang Pemilu 2009, nama Akbar kembali masuk peta politik. Akbar meminta agar Golkar kembali menggelar Konvensi Capres. Selain itu, namanya juga disebut-sebut salah satu tokoh yang dilirik PDIP untuk diduetkan dengan Megawati. Aksi Akbar yang nyata adalah ketika ia membidani dilakukannya Munas ormas Barisan Indonesia (Barindo) yang ditentang oleh Ketum Barindo, M Jasin
Tempat Tanggal Lahir : Sibolga, 14 Agustus 1945
Agama : Islam
Istri : Ny Krisnina Maharani
Anak :
1. Fitri Krisnawati
2. Karmia Krissanty
3. Triana Krisandini
4. Sekar Krisnauli
Pendidikan :
- S1 Fakultas Teknik UI
- S3 Politik UGM, 2007
Karir :
1972-1974 Ketua Umum HMI
1978-1981 Ketum KNPI
1983-1988 Wasekjen DPP Golkar
1977-1988 Anggota DPR
1988-1993 Menpora
1993-1998 Menpera
1998-1999 Menteri Sekretaris Negara
1999-2004 Ketum Partai Golkar
1999-2004 Ketua DPR
Alamat : Jl Purnawarman No 18, Jakarta Selatan.
Akbar Tandjung adalah seorang politisi kawakan yang tetap eksis di tengah lintasan jaman. Karir Akbar dimulai dari organisasi kemahasiswaan. Ia ikut aktif dalam gerakan mahasiswa yang meruntuhkan kekuasaan Soekarno di penghujung tahun 1960-an. Usai lulus kuliah, Akbar secara berenteng menjadi Ketua Umum pada HMI, KNPI dan AMPI.
Aktivitas politiknya makin moncer saat bergabung dengan Golkar. Pada Pemilu 1977, Akbar pun dimasukkan sebagai anggota DPR dari Golkar. Tak sekedar menjadi anggota ia meretas karir hingga menjadi wasekjen DPP Golkar. Bakat besarnya dalam organisasi mengundangnya masuk dalam kabinet. Pada tahun 1988, Akbar pun masuk menjadi menteri. Ia tak pernah absen menjadi anggota kabinet sampai dengan keruntuhan era Soeharto.
Tantangan terberat Akbar terjadi di tahun 1998-1999. Dua tahun itu ada 2 hal besar yang harus dikerjakannya. Pertama, menentukan sikap politiknya terhadap upaya pelengseran Presiden Soeharto. Kedua, mengemudikan Partai Golkar yang berjalan di rel panas arus reformasi. Keduanya bukan perkara mudah. Tapi terbukti, kepiawaian Akbar Tandjung membuat ia bisa menjalani keduanya.
Demi menegakkan citra Golkar yang babak belur, Akbar membuat sejumlah gebrakan. Ia mengumumkan Golkar adalah parpol, mengumandangkan slogan Golkar Baru, dan menahan kecaman publik kepada Golkar. Dan puncaknya, membuat Konvensi Capres dengan memberikan kesempatan tokoh non-Golkar dicalonkan sebagai presiden dalam Pemilu 2004. Meski Akbar sendiri kalah dalam konvensi tersebut, namun konvensi dipuji banyak kalangan luar.
Secara pribadi, Akbar pun punya cobaan lain. Ia harus direpotkan dengan tuduhan korupsi penggunaan dana nonbudgeter Bulog senilai Rp 40 M. Setelah sempat divonis 3 tahun di tingkat pengadilan pertama dan kedua, MA akhirnya memutuskan bebas atas kasasi yang diajukan oleh Akbar Tandjung.
Terpilihnya Jusuf Kalla sebagai wapres, yang pada Pilpres 2004 pencalonannya tidak didukung Golkar, membuat bandul politik dalam tubuh Partai Golkar berubah. Akbar tersingkir dari jabatannya, dan Jusuf Kalla berganti yang menjadi nahkoda Perahu Partai Golkar. Lepas dari partai, Akbar memutuskan rehat dari bidang politik. Ia melanjutkan kuliah S3 di UGM dan mendirikan Akbar Tandjung Institute.
Namun 'diamnya' Akbar ternyata tak selamanya. Menjelang Pemilu 2009, nama Akbar kembali masuk peta politik. Akbar meminta agar Golkar kembali menggelar Konvensi Capres. Selain itu, namanya juga disebut-sebut salah satu tokoh yang dilirik PDIP untuk diduetkan dengan Megawati. Aksi Akbar yang nyata adalah ketika ia membidani dilakukannya Munas ormas Barisan Indonesia (Barindo) yang ditentang oleh Ketum Barindo, M Jasin
Mega
Prabowo
HELP YOU TO CHOICES YOUR DREAMS, WANTS AND NEEDS
0 komentar:
Post a Comment