GOOGLE SEARCH ENGINE
Custom Search

Menjadi Pramugari Cita-Cita Richa sejak Kecil

The image “http://www.kompas.com/data/photo/2009/07/02/0940106p.jpg” cannot be displayed, because it contains errors.

JAKARTA LIFE'S STYLE. Menjadi pramugari adalah cita-cita sejak kecil Richa Dwiyana Margaretha (21), putri kedua pasangan Suyono (49) dan Dwi Nuryati yang tinggal di salah satu rumahnya yang cukup megah di kalangan warga RT 06, RW 01, Desa Duyung, Kecamatan Takeran, Kabupaten Magetan.

Hal itulah yang mendorong gadis kelahiran 31 Maret 1988 ini "membangkang" kepada kedua orangtuanya yang hendak menyekolahkannya ke akademi keperawatan (akper) seperti halnya kakaknya, Citra Nurwidya Febria (25) yang sebelumnya masuk akper dan menjadi seorang perawat.

Kadimin (47), salah seorang paman Richa, menjelaskan bahwa keponakannya masuk ke perusahaan penerbangan tersebut sekitar 2 tahun lalu. Hal itu setelah ia berhasil menempuh jenjang kuliah selama hampir 1 tahun di salah satu sekolah pramugari yang ada di Yogyakarta.

Menurutnya, awalnya kedua orangtua Richa, baik Suyono, maupun Dwi Nuryati, yang sejak 10 tahun terakhir ini ada di Hongkong untuk menjadi tenaga kerja wanita, meminta anak keduanya tersebut untuk mengikuti jejak kakaknya. Namun saat itu, Richa menolaknya.

"Masuk pramugari itu inisiatif dan dorongan Richa sendiri. Wong bapak sama ibunya dulu mau memasukkan ke akper kok. Richa enggak mau, dan saat itu hanya menjawab, 'bapak sama ibu akan saya beri tahu kalau saya sudah berhasil dan masuk kerja'," terangnya kepada Surya, Rabu (1/7).

Lebih jauh, Kadimin tak dapat mengetahui persis sesampainya keponakannya tersebut hingga bekerja di salah satu maskapai milik negara Yaman. Dia menjelaskan bahwa, setelah sekolah di Yogyakarta, keponakannya itu magang di Jakarta dan sejak itulah masuk menjadi pramugari Yemenia Air milik Yaman dan tinggal di Yaman.

"Kemungkinan mengikuti jejak-jejak temannya yang sudah sejak awal masuk ke penerbangan dan menjadi pramugari. Sebab, dari keluarga enggak ada yang mendorong jadi pramugari," paparnya.

Dewi Cahyowati, salah seorang tante Richa, mengungkapkan hal yang sama. Menurutnya, keponakannya tersebut pulang terakhir ke Magetan pada Maret 2009 yang lalu untuk mengambil cuti selama sebulan dan merayakan Ultahnya yang jatuh pada tanggal 31 Maret 2009.

"Saat pulang selama sebulan itu tak ada gelagat dan tanda-tanda yang aneh pada Richa," katanya.

Kendati demikian, Tri Wahyuni, tante Richa lainnya, yang sedang menangis dan meneteskan air mata, mengungkapkan bahwa kontak terakhir keponakannya dengan keluarga yang ada di Magetan, Minggu (28/6), untuk berpamitan terbang. Hal itu diungkapkan saat menelepon Suyono (bapak), Kasmi (nenek), serta kepada kedua saudaranya, yakni Citra Nurwidya Febriana (24) dan Ridho Candra Nutriyantoko (18).

"Memang pamitnya berangkat terbang dan mengatakan akan segera kembali. Kami sendiri enggak tahu maksud pamitannya tersebut," ujarnya. Namun, siapa menyangka ia masuk dalam pesawat Airbus 310-300 yang jatuh di Samudra Hindia dekat Komoro.

Sementara itu, berdasarkan penelusuran Surya di SMAN 06 Kota Madiun, Richa Dwiyana Margareta merupakan siswa angkatan Tahun 2003. Ia dinyatakan lulus oleh SMAN 06 Kota Madiun tahun 2006.

Salah seorang guru SMAN 06 Kota Madiun, Enggar, menegaskan jika, saat bersekolah, Richa tak memiliki banyak kelebihan. Menurutnya, Richa tak memiliki prestasi yang terlalu menonjol. Namun, saat dia lulus, banyak sekolah pramugari yang menawari Richa bergabung.

"Prestasinya biasa-biasa saja. Dia hanya pendiam, santun, suka senyum, manis, dan badannya memang agak tinggi. Kami mengetahui dia masuk menjadi pramugari setelah membaca brosur-brosur yang masuk sekolah ini tahun selanjutnya, kok ada foto Richa mantan siswa SMAN 06 ini," ungkap mantan salah seorang guru Richa yang masih mengajar di SMAN 06 Kota Madiun ini.

Sementara itu, ibu kandung Richa, Dwi Nuryati (46), yang masih bekerja sebagai TKW di Hongkong, sejak 10 tahun terakhir ini belum diberikan kabar oleh pihak keluarga. "Akan dikabari kalau memang kondisinya memungkinkan dan kabar keberadaan keponakan saya sudah jelas," tandas Suharto, salah seorang paman korban.




1 komentar:

July 8, 2009 at 5:43 PM Gabriele said...

I regret so much, not to be able to read this blog in English. Indonesian looks like an easy language from what I can see, though. I also notice that
Richa Dwiyana Margaretha (21)does not seem to have a Muslim life style. She looks like a Western young lady. This blog on Jakarta is dealing with many contemporary topics such as news. It sure is popular with all who understand its tongue. The photos also speak for themselves, if one reads the titles and a little between lines. I like this blog.

Post a Comment

 

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

RECENT COMMENT