GOOGLE SEARCH ENGINE
Custom Search

Dua Mayat dan Tiket Ditemukan Dekat Lokasi Jatuhnya Air France

JAKARTA LIFE'S STYLE

Tim pencari menemukan dua mayat penumpang dan tas berisi tiket Air France Flight 447 di Samudera Atlantik dekat lokasi yang dipercaya sebagai tempat jatuhnya pesawat itu, kata pejabat militer Brasil, Sabtu.

Sementara, lembaga Prancis yang menyelidiki kecelakaan itu mengatakan instumen kecepatan udara tidak diganti saat pembuat pesawat merekomendasikannya sebelum pesawat menghilang dalam cuaca buruk hampir seminggu lalu dalam penerbangan dari Rio de Janeiro ke Paris dengan 228 orang penumpang.

Semua penumpang tewas, dalam kecelakaan pesawat komersial terburuk dunia sejak 2001 itu, dan menjadi kecelakaan pesawat Air France paling mematikan.

Mayat dari dua penumpang laki-laki ditemukan Sabtu pagi sekitar 70 kilometer selatan lokasi pesawat terakhir memberi sinyal atau sekitar 640 kilometer di timur laut kepulauan Fernando de Noronha lepas pantai utara Brasil.

Juru bicara Angkatan Udara Brasil Kolonel Jorge Amaral mengatakan tiket Air France ditemukan di dalam sebuah tas kantor terbuat dari kulit.

"Ini dipastikan dengan Air France bahwa nomor tiket itu terkait dengan seorang penumpang penerbangan," katanya.

Laksamana Lawrence Edison mengatakan mayat-mayat itu dibawa ke Kepulauan Fernando de Noronha untuk diidentifikasi. Sebuah tas punggung berisikan laptop dan kartu vaksinasi juga ditemukan.

Temuan itu berpotensi membawa pada pencarian yang lebih tepat terhadap kotak hitam yang akan memberitahu penyidik mengapa pesawat mengalami kecelakaan.

"Kotak hitam bukan tanggung jawab operasi ini, tujuannya adalah pencarian korban selamat, mayat, dan puing-puing pesawat berdasarkan urutan prioritas," kata Kolonel Munhoz Henry dari Angkatan Udara.

Temuan mayat dan puing meringankan beberapa anggota keluarga - banyak dari mereka berkumpul di sebuah hotel di Rio, di mana mereka menerima berita terus-menerus terkait pencarian. Beberapa di antaranya menolak menyerah untuk mencari korban selamat.

"Kami terguncang, namun kami tetap memiliki harapan," kata Sonia Gagliano, di mana cucunya Lucas Gagliano adalah seorang pramugara di pesawat itu kepada koran O Globo. "Ia adalah seorang anak laki-laki, 23 tahun, dan ia berbicara delapan bahasa. Saya benar-benar bingung dengan semua ini."



0 komentar:

Post a Comment

 

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

RECENT COMMENT