Hal itu diungkapkan oleh Director Institute for Creative Cultural Entreprenuership (ICCE) Inggris Gerald Lidstone dalam jumpa pers Indonesian Conference on Innovation, Enterpreneurship, and Small Business (ICIES) ke-I di Kampus Institut Teknologi Bandung, Rabu (22/7).
"Umumnya, mayoritas kita masih melihat kecerdasan hanya dari kemampuan menyerap informasi dan menduplikasinya saja. Padahal, jika kita menghormatinya sebagai sesuatu yang spesial, berbeda-beda, dan interpersonal, maka patut dipahami bahwa kreativitas dan kecerdasan menjadi dekat," ujarnya.
Idealnya, menurut pakar pendidikan kewirausahaan dari Goldsmiths, University of London ini, lembaga pendidikan menciptakan kultur akademis yang mengarah kepada kebebasan berpikir serta memecahkan masalah. Bukan sebaliknya, justru menyeragamkan.
Untuk itu, Gerald meyakini, jika diterapkan secara tepat, kewirausahaan dapat ditumbuhkan di dalam sebuah sistem dan tatanan pendidikan.
"Yang terpenting bagi perguruan tinggi adalah menciptakan lingkungan ideal, yang bisa membuat mahasiswa bebas bereksplorasi, berkreasi, lalu bertukar pengalaman dengan para wirausaha yang sudah jadi," ujarnya.
Implementasinya, lanjut dia, pola belajar-mengajar menggunakan metode lama, yaitu hanya ceramah, harus ditinggalkan. Salah satu terobosannya, yaitu perguruan tinggi bermitra dengan kamar dagang atau industri untuk menyediakan pengajar yang juga wirausaha sukses.
"Ini dilakukan tiap hari, bukan hanya insidentil," ucapnya.
Menyikapi hal itu, pada kesempatan yang sama, Wakil Ketua Umum Kamar Dagang Industri (Kadin) Sandiaga Uno mengatakan, pendapat Gerald tersebut merupakan terobosan yang baik, yang bisa diterapkan di perguruan tinggi di Indonesia.
"Kami, Ikadin dan HIPMI, sebetulnya telah aktif turun ke kampus memberikan mentoring. Setuju sekali dengan usulan, jika ke depan perlu ada entrepreneur yang ditugasi tiap hari ada di kampus dan berkantor di sana untuk memberikan bimbingan setiap saat," ucapnya.
Ia pun memberikan masukan supaya pendidikan wirausaha ke depan tidak lagi sekadar bertemu di kelas. Sifat pendidikan wirausaha bisa lebih mengarah ke project based, mengerjakan langsung proyek.
"Ini supaya interaksinya lebih tinggi," ucapnya.
Dia juga menegaskan, pada prinsipnya, wirausaha bisa dibentuk dari pendidikan. Asalkan, bukan berupa paksaan.
Drop out
Howard Frederick, pakar inovasi dan kewirausahaan dari Unitec Institute of Technology, Selandia Baru, menuturkan, kewirausahaan terkait erat dengan pendidikan. Terlepas dari adanya fakta bahwa sebanyak 15 persen pengusaha adalah drop out (keluar) dari sekolah atau kampus.
Mereka ini di antaranya Bill Gates (pendiri Microsoft), Henry Ford (pendiri grup Ford), Walt Disney, dan Steve Jobs (pendiri Apple Computers).
"Pertanyaannya, kini bukan lagi persoalan wirausaha bisa diajarkan atau tidak, melainkan apakah Anda bisa mengajarnya atau tidak?" gugat Howard.
Untuk itu, tambah dia, pendidikan harus bisa memberi kebebasan. Bukan hanya soal menghapal, melainkan juga pembekalan life skill (keahlian).
"Beruntung di Indonesia kini sudah banyak sekolah-sekolah alternatif macam sekolah alam yang ternyata juga diminati," ucap Direktur Pusat Inovasi, Kewirausahaan, dan Kepemimpinan (ICEL) ITB Dwi Larso. edukasi.kompas
Read : http://buyingsguide.blogspot.com
Read : http://bekasijakarta.blogspot.com
Read : http://bukalowongankerja.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment