GOOGLE SEARCH ENGINE
Custom Search

Tiga Pasangan Capres-Cawapres Miliki Kekuatan Berimbang


Pertarungan pemilihan presiden dan wakil presiden Juli mendatang diprediksikan akan berlangsung dua putaran. Pertarungan pun akan sengit karena ketiga pasangan calon presiden dan calon wakil presiden dinilai memiliki kekuatan yang berimbang.

"Tidak cukup sekali putaran, pasti dua putaran. Ketiga pasang ini relatif berimbang, masing-masing saling melengkapi kelemahan dan kekuatan masing-masing," ujar Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Azyumardi Azra kepada Media Indonesia di Jakarta, Minggu (17/5).

Ia menuturkan, Susilo Bambang Yudhoyono, yang notabene merupakan figur capres paling populer diantara capres yang lain ternyata menggandeng Boediono yang keberadaannya banyak dipersoalkan, bahkan di kalangan partai-partai pendukung koalisi.

Sementara itu, pasangan yang tidak diunggulkan yakni Jusuf Kalla dan Wiranto justru dinilai sebagai pasangan yang paling mewakili keindonesiaan karena pasangan ini adalah satu-satunya pasangan yang mengkombinasikan figur Jawa dan Luar Jawa.

Meski bukan faktor yang paling menentukan, namun, menurut Azra, tidak bisa dipungkiri sentimen kesukuan di Indonesia tetap ada. "Adanya figur JK yang berasal dari Makassar membuat masyarakat di luar Jawa merasa terwakili. Apalagi, istri JK juga orang Minang dan istri Wiranto adalah orang Gorontalo, ini tentu menjadi poin plus pasangan ini. Sama halnya dengan Presiden AS Barack Obama, pendukung utamanya adalah orang kulit hitam, jadi tidak bisa dipungkiri," kata Azra.

Sedangkan pasangan Megawati Soekarnoputri dan Prabowo Subianto juga memiliki keunggulannya tersendiri. Meski terkesan keputusan menyandingkan keduanya sebagai pasangan capres dan cawapres dipaksakan, namun pada hakikatnya, usaha-usaha untuk memadukan keduanya secara internal tidak terlalu problematis.

"PDI Perjuangan dan Partai Gerindra memiliki kesamaan ideologi, sama-sama berlandaskan pancasila, pro rakyat dan mengusung semangat marhaenisme," imbuhnya.

Sementara itu, pasangan Susilo Bambang Yudhoyono dan Boediono yang dinisbahkan sebagai pasangan paling kuat sementara ini, justru harus waspada suaranya digembosi oleh berbagai persoalan di internal partai-partai koalisi.

"Parpol koalisi SBY kan gado-gado, hal ini membuat koalisi yang ada menjadi sangat canggung. Potensi terjadi pembangkangan sangat besar, partai boleh saja berkoalisi, tapi anak buahnya berlarian kemana-mana," tukas Azra.

Pengamat Politik Universitas Indonesia Boni Hargens mengatakan, meski elektabilitas SBY teratas, namun segala sesuatunya tidak akan berjalan mulus. Potensi digembosinya suara pasangan SBY dan Boediono sangat besar dan justru potensi itu diinisiasi oleh kalangan internal partai koalisi. "Apalagi gaya komunikasi politik SBY yang arogan, basis massa partai pendukung pun sebenarnya sudah kecewa dengan SBY," cetusnya,

Sementara itu, Boni memprediksikan pasangan JK dan Wiranto sebagai the raising stars dalam pilpres mendatang. "Publik menilai JK sebagai figur yang egaliter, santun, dan sederhana. Sementara itu Wiranto sangat rendah hati karena mau menjadi cawapres, mengingat pada 2004 Wiranto sangat berambisi menjadi capres. Saya yakin dengan kesan ini, suara pasangan JK dan Wiranto akan naik," ujarnya.

Kendati demikian, pengamat politik LIPI Lili Romli mengatakan, untuk menyaingi pasangan SBY dan Boediono, pasangan JK dan Wiranto serta Megawati dan Prabowo harus bekerja ekstra keras untuk dapat melipatgandakan elektabilitasnya. "Jika gagal, SBY bisa menang mutlak satu putaran," tandasnya

Jusuf Kalla
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY)
Mega
Prabowo


Lowongan Kerja Terbaru 2009...
HELP YOU TO CHOICES YOUR DREAMS, WANTS AND NEEDS

Order Champix Online

0 komentar:

Post a Comment

 

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

RECENT COMMENT