Perangkat lunak tersebut bisa mengetahui kadar penjiplakan karya yang mungkin dilakukan oleh mahasiswa. Hal itu membuktikan bahwa ketatnya aturan soal plagiarisme yang diterapkan di perguruan-perguruan tinggi di Australia merupakan salah satu poin yang ditonjolkan Australian Education International (AEI) di Indonesia saat kunjungan Kompas ke sejumlah perguruan tinggi di Melbourne dan Brisbane pada Juni lalu.
Kebijakan tidak kompromi dengan plagiarisme itu demi menjaga integritas akademik di perguruan tinggi, mulai dari staf, dosen, hingga mahasiswa. Berkembangnya teknologi internet yang kaya sumber informasi dan diakses gratis bisa semakin menyuburkan plagiarisme di dunia akademik. Dengan copy-paste, plagiat karya, baik beberapa bagian paragraf, ide, maupun keseluruhan karya, semakin mudah dilakukan.
Tanda tangani pernyataan
Kebijakan perguruan tinggi yang antiplagiarisme itu disebarluaskan secara terbuka kepada mahasiswa sejak awal. Implementasi sehari-harinya dalam kehidupan kampus dengan membuat surat pernyataan tidak melakukan tindak plagiat.
”Tiap kali pengumpulan tugas, mahasiswa mesti menandatangani formulir khusus. Isinya menyatakan, kita tidak melakukan plagiat dalam pengerjaan tugas,” tutur Andre Yohanes Rumenta, mahasiswa jurusan Pemasaran di Universitas Deakin, Melbourne, Australia.
Pemanfaatan internet dalam perkuliahan dan komunikasi dosen-mahasiswa di perguruan tinggi Australia sangat intensif. Setiap mahasiswa memiliki akun untuk bisa terkoneksi dengan berbagai fasilitas di kampus, termasuk dalam pengiriman tugas-tugas kuliah.
”Tugas kuliah seperti esai yang dikirim secara online langsung bisa terdeteksi berapa besar plagiatnya. Kadang-kadang kita tidak merasa plagiat, tanpa disadari ada kalimat yang dideteksi plagiat,” ujar Nitya Wityasmoro, mahasiswa dual degree atau gelar ganda Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia yang kini berkuliah di Universitas Melbourne.
Kadar persentase plagiat dari karya tulis mahasiswa yang dikirim secara online itu antara lain bisa dideteksi dengan perangkat lunak TurnItIn, yang cukup populer di dunia. Pendeteksian itu, misalnya, bisa merespons jika esai mahasiswa ternyata hasil mencontek dari temannya atau sumber lain.
Andre punya kiat agar terhindar dari dugaan plagiat. Saat hendak mengirimkan tugas kuliah secara online, dia langsung bisa tahu berapa persen dari tugasnya yang diduga plagiat.
”Saya coba untuk perbaiki lagi dengan kalimat sendiri. Pokoknya, berusaha seorisinal mungkin dari buah pemikiran kita sendiri,” kata Andre.
Mahasiswa pun akhirnya terpacu untuk bisa mengolah sendiri kalimat-kalimat hasil pemikiran mereka dalam pembuatan karya tulis. Jika mengutip dari sumber lain, mahasiswa mesti secara jelas mengakuinya dengan mengikuti kaidah-kaidah pengutipan atau pemanfaatan hak atas kekayaan intelektual.
Sanksi untuk mahasiswa yang terbukti melakukan plagiat bisa dikatakan tegas, mulai dari teguran hingga dinyatakan tidak lulus. Mahasiswa itu akan dimintai penjelasan terlebih dulu untuk mengetahui mengapa karyanya bisa terdeteksi plagiat.
”Biarpun aturan plagiat di kampus keras, ada saja mahasiswa yang melakukannya. Tetapi, karena sanksinya tegas dan tidak pandang bulu, lebih baik jangan main-main dengan plagiarisme. Kebijakan itu juga untuk membantu mahasiswa bisa jadi orang jujur dan bertanggung jawab,” kata Dimas Wisnu Adrianto, penerima beasiswa Pemerintah Australia di Universitas Queensland, Brisbane.
Read : http://buyingsguide.blogspot.com
Read : http://bekasijakarta.blogspot.com
Read : http://bukalowongankerja.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment