Salah satu faktor tersebut adalah keterbatasan dana. Fahmi mengakui terbatasnya gerak Tim Kampanye Nasional banyak dipengaruhi oleh ketersediaan dana. "Ada keterbatasan yang luar biasa dari kami sehingga kami tidak bisa mengontrol operasi dengan lancar," tutur Fahmi di Posko Mangunsarkoro, Kamis (9/7). Namun, ketika ditanyakan besarannya, Fahmi mengelak menjawab.
Faktor kedua, tak lain dan tak bukan terkait daftar pemilih tetap (DPT), seperti ditemukannya nama ganda hingga 11 juta serta kurangnya sosialisasi putusan Mahkamah Konstitusi (MK) tentang penggunaan kartu tanda penduduk (KTP) atau paspor untuk memilih. "Akibatnya, banyak kesulitan terjadi pada praktik di lapangan," ungkap Fahmi.
Sementara itu, faktor ketiga terkait dinamika Partai Golkar yang terpecah menjadi dua kubu menyusul penetapan JK sebagai capres oleh DPP Golkar. "Ada yang tersembunyi tapi pasti, ada yang terbuka malu-malu. Saya terbuka tidak takut risiko. Saya tidak terbiasa berkhianat," lanjut Fahmi.
Sebelumnya, tim menargetkan perolehan sekitar 30 persen suara nasional. Namun, berdasarkan hasil quick count yang beredar, perolehan suara pasangan JK-Wiranto hanya berkisar antara angka 12-13 persen.
Sementara itu, faktor ketiga terkait dinamika Partai Golkar yang terpecah menjadi dua kubu menyusul penetapan JK sebagai capres oleh DPP Golkar. "Ada yang tersembunyi tapi pasti, ada yang terbuka malu-malu. Saya terbuka tidak takut risiko. Saya tidak terbiasa berkhianat," lanjut Fahmi.
Sebelumnya, tim menargetkan perolehan sekitar 30 persen suara nasional. Namun, berdasarkan hasil quick count yang beredar, perolehan suara pasangan JK-Wiranto hanya berkisar antara angka 12-13 persen.
Read : http://buyingsguide.blogspot.com
Read : http://bekasijakarta.blogspot.com
Read : http://bukalowongankerja.blogspot.com
0 komentar:
Post a Comment