Nikon akan membagi jumlah karyawan yang dirumahkannya menjadi dua bagian, yakni 800 karyawan non reguler yang terdiri dari karyawan kontrak dan paruh waktunya, serta 200 karyawan lainnya dari departemen marketing dan perbaikan (servicing) di Jepang dan unit internasionalnya.
Keputusan tersebut diyakini akan membantu perusahaan kamera tersebut menghemat lebih dari US$84 juta atau Rp865 miliar lebih per tahunnya. Sama seperti perusahaan Jepang lainnya yang mengekspor produknya, Nikon akhirnya benar-benar merasakan dampak krisis ekonomi global berupa merosotnya permintaan terhadap produk-produknya.
Nikon meramalkan akan mengalami kerugian sebesar US$179 miliar atau sekitar Rp1,8 triliun hingga Maret 2010 mendatang. Hal tersebut sangat bertolak belakang dengan keuntungan yang baru saja didapatnya pada penjualan 2008 silam yang hampir mencapai angka Rp3 triliun.
Produsen kamera yang berkantor pusat di Tokyo dan terkenal untuk produk kameranya tersebut menyatakan usaha restrukturisasinya sejauh ini belum berhasil menyelamatkan bisnisnya tersebut.
Untuk itu, Nikon menyatakan akan melakukan berbagai tindakan drastis untuk mengurangi berbagaĆ ongkos produksi maupun operasional di berbagai sektornya Tak hanya itu, Nikon juga menyatakan akan mengurangi jumlah pabriknya di Jepang dan mengatur ulang berbagai sektor pelayanan dan perbaikan di Amerika Serikat, Eropa, dan Asia.
0 komentar:
Post a Comment