GOOGLE SEARCH ENGINE
Custom Search

Flu Babi, Berpotensi Menjadi Pendemi

Direktur WHO atau Organisasi Kesehatan Sedunia, Margaret Chan mengatakan, wabah flu babi di Mexico dan Amerika Serikat berpotensi menjadi pandemi, karena menyerang manusia. Tetapi masih terlalu dini untuk mengatakan apakah flu babi itu bisa menjadi pandemi.

Margaret Chan mengadakan pertemuan darurat dengan para pakar hari Sabtu (25/4/2009) untuk membahas ancaman itu. Antara lain, para pakar diduga akan menganjurkan apakah WHO harus mengeluarkan peringatan dalam bepergian atau meningkatkan kewaspadaan. Dan hasil dari pertemuan itu, WHO telah meningkatkan tingkat siaga pandemi dari tiga ke tingkat empat. Ini berarti virus flu babi telah beradaptasi dan menyebar dengan cepat di antara manusia.

Flu babi atau swine influenza (H1N1), pertama kali dideteksi muncul di Meksiko pada 13 April lalu. Virus ini menyebar cepat ke berbagai belahan dunia. Menteri Kesehatan Meksiko, Jose Angel Cordova, Senin (27/4), melaporkan jumlah korban tewas akibat virus H1N1 (flu babi) telah bertambah menjadi 149 orang. Dari jumlah ini, baru 20 yang telah dikonfirmasi terjangkit virus flu babi. Sedangkan sisanya masih menanti hasil uji laboratorium.

Selain Meksiko, sejumlah negara turut melaporkan temuan kasus flu babi di negara mereka. Amerika Serikat, misalnya, mencatat 41 orang telah terjangkit virus flu babi. Sebanyak 28 di antaranya adalah pelajar salah satu sekolah di New York. Selain AS, Kanada dan Selandia Baru turut melaporkan terjangkitnya warga mereka.

Flu Babi atau swine influenza, merupakan virus yang diduga jenis baru dan kombinasi virus flu babi, flu burung, dan flu manusia. Departemen Kesehatan Meksiko menyatakan virus berjenis H1N1 memiliki sejumlah gejala, antara lain demam di atas 39 derajat Celsius, sakit kepala, pegal linu, dan iritasi mata.

Meski diyakini flu babi belum sampai ke Indonesia, Departemen Kesehatan meminta semua daerah, terutama kawasan peternakan waspada.

"Penyakit tersebut bisa menyebar melalui perpindahan manusia dari satu negara ke negara lain," kata Yudhoyono saat membuka rapat antisipasi penyebaran flu babi di kantor Presiden, Senin malam (27/4/2009).

Menurut Yudhoyono, pemerintah akan melakukan berbagai langkah antisipatif, salah satunya pengecekan ke maskapai-maskapai penerbangan, terutama yang berasal dari Meksiko, Amerika Serikat, dan negara-negara yang telah tertular flu babi.

Untuk berjaga-jaga, pemerintah memasang alat deteksi suhu tubuh (thermal scanner) di 10 bandar udara dan pelabuhan Indonesia. Alat yang bisa mendeteksi suhu tubuh di atas 38 derajat Celsius itu, antara lain, dipasang di Medan, Batam, Bali, Makassar, Jakarta, Surabaya, dan Kalimantan Selatan. Otoritas kesehatan pelabuhan Batam juga memasang body clean disinfection health quarantine, mesin pembersih virus yang melekat di tubuh para pendatang.

Menteri Kesehatan Siti Fadilah Supari menjelaskan, tingkat kematian (case fatality rate/CFR) akibat penyakit itu hanya sekitar 6,4 persen, jauh lebih kecil dibanding tingkat kematian akibat flu burung yang hingga kini masih lebih dari 80 persen.

Ditambahkannya, meski kasus itu belum dilaporkan terjadi di Indonesia namun pemerintah sudah memiliki kapasitas memadai untuk mengantisipasi penyebaran virus influenza karena sejak penyakit flu burung merebak pada 2005 berbagai upaya sudah dilakukan untuk mencegah dan mengantisipasi kejadian luar biasa influenza.

Perihal pengobatan terhadap pasien flu babi, menurut Siti Fadilah, sama dengan penanganan terhadap flu burung, yakni dengan oseltamivir (Tamiflu) dan Indonesia masih memiliki cukup stok obat antivirus oseltamivir yang efektif untuk pengobatan flu burung dan penyakit influenza babi.

0 komentar:

Post a Comment

 

Enter your email address:

Delivered by FeedBurner

RECENT COMMENT