Lima rumah sakit itu adalah Rumah Sakit Fatmawati, Jakarta Selatan; Rumah Sakit Umum daerah Cengkareng, Tangerang; Rumah Sakit Umum Daerah Tarakan, Jakarta Barat; dan dua rumah sakit yang selama ini telah menjadi rumah sakit rujukan untuk mengatasi flu burung, yaitu Rum Sakit Persahabatan, Jakarta Timur; dan Rumah Sakit Sulianti Saroso, Jakarta Utara. "Walau belum ada penderita flu babi, tapi kita harus menyiapkan rumah sakit yang bisa menangani penyakit tersebut," ujar Dien Emmawati, Kepala Dinas Kesehatan Jakarta.
Rumah sakit rujukan diwajibkan mempunyai ruang isolasi bagi pasien flu burung. Rumah sakit tersebut diharuskan mempunyai ruang dengan pintu-pintu banyak, agar pasien flu babi tidak melalui pintu-pintu biasa yang dilewati pasien lain di rumah sakit tersebut. "Yang jelas, tidak boleh satu gedung dengan pasien lain di rumah sakit tersebut," ujar Dien Emmawati.
Selain menyiapkan rumah sakit rujukan, Dinas Kesehatan Jakarta, juga melakukan antisipasi penyebaran penyakit dengan melakukan pengawasan ketat terhadap pintu-pintu transportasi manusia, seperti pelabuhan udara Soekarno Hatta dan pelabuhan laut Tanjung Priok. Setiap warga asing yang memasuki Indonesia atau setiap warga Indonesia yang baru pulang dari luar negeri, secara acak akan diperiksa suhu tubuh dan kondisi kesehatannya. Jika suhu tubuh diatas 38 derajat celcius, maka yang bersangkutan akan diinvestigasi riwayat kesehatannya oleh petugas. "Jika kemungkinan orang tersebut dideteksi tertular flu babi, maka yang bersangkutan akan langsung dikarantina dan selanjutnya akan dibawa ke rumahsakit rujukan untuk mendapatkan penanganan lebih lanjut," ujar Dien.
Untuk jumlah korban flu burung di Jabotabek sampai saat ini sudah 29 orang yang meninggal, dengan perincian tahun 2006 ada 11 korban meninggal, 2007 (8), 2008 (6), dan tahun 2009 hingga minggu pertama Maret tercatat 4 orang meninggal akibat virus H5N1 itu.
0 komentar:
Post a Comment