Toxic employee? Karyawan beracun? Apa pula ini? istilah ini tidak ada kaitannya dengan karyawan yang malas atau karyawan yang berulangkali lalai dengan tugasnya atau tukang onar di tempat kerja.
Justru sebaliknya, mereka yang dimaksud dalam istilah ini, bisa jadi karyawan yang paling rajin, paling taat pada aturan dan atasan, tetapi mempunyai mentalitas dan cara pikir yang tidak membangun, melainkan merusak sekelilingnya, alias menyebarkan racun ke sekelilingnya.
Dengan sifatnya yang destruktif bagi lingkungan, eksistensi mereka harus segera diantisipasi sedini mungkin. Dia tidak ubahnya sel kanker atau virus HIV yang pelan tapi pasti akan menggerogoti seluruh fungsi dan kinerja tubuh organisasi atau perusahaan.
Tentu saja hal tersulit adalah memindai siapa mereka itu. Hal ini sama sulitnya mendeteksi gejala yang mulai ditimbulkan pada lingkungannya. Yang jelas, ?karyawan beracun? bukan orang bodoh.
IQ mereka bahkan bisa sangat cerdas dan jenius. Kemampuan kerja mereka juga tidak buruk. Beberapa malah tergolong karyawan yang memberikan hasil kerja fantastis. Mereka juga bisa sangat patuh aturan dan produktif.
Duri dalam daging
Hal yang membuat seorang karyawan masuk dalam golongan ?karyawan beracun? adalah karakternya. Mereka cenderung selalu berpikir negatif dan pesimistis, menjadi duri dalam daging bagi tim karena lebih banyak menjadi masalah ketimbang memberikan solusi.
Mereka juga sangat egosentris, emosional, dan gemar bergosip. Karena persoalannya pada mental, mereka bisa meracuni orang-orang yang ada disekitarnya. Akibatnya moralitas kerja karyawan bisa menurun.
Lalu harus bagaimana mengatasi mereka? diperlukannya kejelian untuk melakukan terapi dalam berbagai tingkatan sebab tidak jarang, "karyawan beracun" lahir karena kekecewaan yang menumpuk dan tidak ada saluran ekspresinya.
Penulis menyarankan dialog menjadi lebih penting dan sikap dewasa untuk melakukan pendekatan pada karyawan jenis ini. Beberapa kali perbincangan dari hati ke hati bisa menyembuhkan.
Agar mereka tidak semakin menjalar maka batasilah pengaruhnya. Tingkah polah "karyawan beracun" harus selalu dipantau, karena mereka ini biasa selalu selangkah lebih maju dalam hal up date.
Untuk kondisi kronis demikian, terutama yang memiliki kharisma karena senioritas, perusahaan justru perlu peka untuk mempersempit ruang gerak dan pengaruh negatif dari mereka.
Batasi juga akses mereka dengan rekan lain yang positif agar tidak terjangkit virusnya. Namun, sebenarnya sebelum "karyawan beracun" ini semakin menyebar, seharusnya bimbingan segera dilakukan agar mereka tidak berulah.
Pada akhirnya, jika memang segala upaya dicoba dan mereka juga tidak sembuh, lebih baik kehilangan satu atau beberapa "karyawan beracun" daripada seluruh organisasi rusak. Namun untuk itu penulis lagi-lagi berpesan. Berlakulah secara bijak!
Pada beberapa kondisi, "karyawan beracun" adalah senior yang berpengaruh sehingga sering menimbulkan masalah komunikasi antara staf manajemen dan atasan. Jika atasan tidak percaya berikanlah konsekuensi yang jelas kepadanya. http://bukalowongankerja.blogspot.comLowongan Kerja Terbaru 2009...
HELP YOU TO CHOICES YOUR DREAMS, WANTS AND NEEDS
0 komentar:
Post a Comment